BREBES, Lidikkrimsus.co.id – Warga di lingkungan SDN Kersana 04 makin gerah dengan kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah setempat. Pasalnya, orang tua siswa yang selama ini menyekolahkan anaknya di sekolah tersebut merasa menjadi sapi perahan. Hal itu lantaran banyaknya iuran yang dibebankan kepada orang tua siswa.
Salah seorang warga kepada awak media ini menyebut kalau kebijakan kepala sekolah dan komite SDN Kersana 04 dinilai terlalu berlebihan. Padahal selama ini pemerintah sudah menggratiskan seluruh biaya pendidikan bagi sekolah dasar melalui Bantuan Operasional Sekolah (BOS).
Di tahun 2024 kemarin saja, pihak sekolah bersama komite juga mewajibkan orang tua siswa untuk membayar iuran senilai Rp.150 ribu/anak. Bahkan bagi siswa kelas enam (6) yang hendak lulus, mereka juga diwajibkan untuk membayar uang iuran senilai Rp.300 ribu/anak.
Uang tersebut, lanjut warga, ditarik dengan alasan untuk kenang-kenangan. Padahal pemerintah sudah melarang keras kepada sekolah untuk menarik uang yang dianggap tidak perlu dan memberatkan orang tua siswa.
Selain itu, lanjut warga, orang tua siswa juga diminta untuk membeli dan membayar buku LKS yang disediakan sekolah untuk peserta didik. Jumlahnya pun lumayan besar yakni Rp.90 ribu/siswa. Padahal untuk buku ajar sendiri, pemerintah sudah menganggarkan melalui BOS yang dikeluarkan setiap tahunnya ke sekolah.
“Dan parahnya lagi, selama ini ternyata orang tua siswa tidak pernah memilih komite sekolah,”pungkas warga. Menanggapi hal itu, Aktifis Masyarakat Peduli Pembangunan (MPP) Brebes Wahidin mengaku prihatin dengan banyaknya iuran yang dibebankan kepada orang tua siswa di SDN Kersana 04.
Atas keluhan warga itu, pihaknya berharap dinas untuk turun tangan guna memberi pembinaan kepada sekolah tersebut. Dan apabila ada penyalahgunaan wewenang dalam persoalan itu, pihaknya berharap Inspektorat turun ke lapangan untuk melakukan pemeriksaan.
Sementara Kepala Sekolah SDN 04 Kersana saat didatangi awak media untuk konfirmasi tidak ada ditempat dan saat dihubungi via whatsapp pun tidak merespon sama sekali.
Red, Antonio
